Liputan6.com, Jakarta - Halte bus salawat berbeda dengan halte pada umumnya. Karena mungkin bagi sebagian orang membayangkan jika pada halte bus tersedia tempat duduk panjang dan mempunyai atap sebagai pelindung dari hujan serta terik panas.
Namun hal itu berbeda dengan halte khusus bus salawat (bus yang mengantarkan jemaah dari hotel menuju Masjidil Haram dan sebaliknya).
Halte tersebut tidak ada tempat duduk panjang dan tidak ada pula atap yang dapat melindungi jemaah haji dari panas dan hujan.
Yang ada di halte bus tersebut hanya dua bendera, yakni bendera Indonesia dan Arab Saudi serta satu kursi plastik sebagai tempat duduk petugas transportasi.
Menurut Kepala Bidang Transporatsi Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Subhan Cholid, didirikannya halte bus salawat pertama kali pada 2013 silam.
Saat itu, petugas haji yang ditempatkan pada setiap halte bus salawat menggunakan payung kanopi serta bendera merah putih sebagai penanda halte tersebut.
"Untuk menjadi penanda halte itu kita pasang payung kayak coca-cola sama bendera merah putih," ujar Subhan saat di berkunjung ke ruang kerja Media Center Haji Makkah, seperti dikutip dari laman www.haji.kemenag.go.id, Sabtu (15/9/2018).
Kemudian tidak sampai hitungan jam, kata Subhan, payung kanopi beserta bendera merah putih langsung diangkut Baladiah (Satpol PP Arab Saudi) karena mereka beranggapan tidak ada izin mendirikan sesuatu di area publik.
"Semuanya diangkut karena menurut dia enggak ada izin, ceritanya enggak bolehlah, kemudian kita pasang lagi karena dia udah pergi, enggak lama diambil lagi," papar Subhan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
No comments:
Post a Comment