Pages

Monday, September 10, 2018

Potret Perjalanan Tato Masyarakat Iban di Los Tjihapit

Wujud pameran foto ini adalah upayanya dalam menerjemahkan dan menyampaikan realita perkembangan rajah dan kehidupan suku Dayak Iban. Ia menjelaskan perkembangan sejarah tato yang mulai bergeser dari era mengayau, berjalai hingga kini yang modern.

Menurut dia, tato pada suku Dayak Iban pada awalnya dapat menunjukkan status atau kelas sosial seseorang, apakah seorang perantau atau kesatria misalnya. Dalam budaya Suku Dayak Iban sendiri, motif seni rajah memiliki arti yang berbeda-beda, bahkan pembuatan dan peletakannya tak boleh dilakukan sembarangan.

Tujuan pembuatan tato tradisional ini pun beragam, mulai dari penangkal hal buruk hingga penghargaan dan peringatan atas suatu momen.

Seiring waktu, pembuatan tato masyarakat di sana tidak lagi dilatari hal demikian. Semangat mengusung kebudayaan tato Iban adalah konteks yang sedang diperjuangkan masyarakat Iban saat ini. Selain foto, Bonbon juga membuat film dokumenter dan buku foto.

"Jadi ini makanya saya buktikan lewat film, wawancara, rekaman, foto dan buku yang nantinya bisa dilihatkan ke semua orang. Masyarakat apapun, suku apapun yang akhirnya bisa tahu, bisa sama-sama saling mencintai dan menjaga kebudayaan kita," jelasnya.

Sementara kurator pameran, Sandi Jaya Saputra menyebutkan, tato pada masyarakat Iban punya makna yang luar biasa.

"Bila diperhatikan posisi tato dengan motif bunga terong yang berada di pundak, khususnya laki-laki adalah makna keseimbangan dan spiritualitas suku Iban," kata Sandi.

Ia melihat karya Bonfilio menarik secara narasi yang disampaikan. Dari segi proses, kata dia, Bonfilio melakukan riset terlebih dulu sebelum mengeksekusi hal-hal secara teknik fotografi dokumenter.

"Lahirnya dokumenter pada awalnya, fotogeafer ingin menakulkan visual bawa ke kota dan orang lain belum pernah lihat. Lalu secara keseluruhan dilihat proses karyanya cukup mendalam," ungkapnya.

"Menariknya, biasanya fotografer masuk ke suku pedalaman datang dengan gift atau uang. Bonbon datang justru membawa salib. Dengan pendekatan salib jadi cukup menarik di mana dia menempatkan manusia pada tempatnya bukan sebagai objek eksploitasi visual," sambungnya.

Sandi menambahkan, foto dokumentasi Bonfilio pada pameran kali ini terdiri dari bagian spiritual, berburu, keseharian, keluarga dan portrait.

"Apa yang ditampilkan merupakan usaha untuk menyeimbangkan narasi yang dibangun modernitas," ujarnya.

Let's block ads! (Why?)

via Berita Hari Ini, Kabar Harian Terbaru Terkini Indonesia - Liputan6.com https://ift.tt/2CCwBZa
RSS Feed

If New feed item from http://ftr.fivefilters.org/makefulltextfeed.php?url=https%3A%2F%2Fwww.liputan6.com%2Frss&max=3, then Send me an email


Unsubscribe from these notifications or sign in to manage your Email Applets.

IFTTT

No comments:

Post a Comment